Sudah lebih dari setahun negeri ini dilanda pendemi. Krisis
menghantam perekonomian negeri ini sepanjang pendemi. Pandemi dan krisis ini
ibarat api seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden Presiden Joko Widodo pada
Sidang Tahunan MPR RI di Kompleks Parlemen, Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin
(16/8). Menarik sekali apa yang disampaikan oleh Bapak Presiden mengenai
pendemi covid-19. Berikut beberapa cuplikan pidato Beliau.
“Krisis, resesi, dan pandemi itu seperti api. Kalau bisa,
kita hindari, tetapi jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa kita
pelajari. Api memang membakar, tetapi juga sekaligus menerangi. Kalau
terkendali, dia menginspirasi dan memotivasi. Dia menyakitkan, tetapi sekaligus
juga menguatkan. Kita ingin pandemi ini menerangi kita untuk mawas diri,
memperbaiki diri, dan menguatkan diri, dalam menghadapi tantangan masa depan.”
“Pandemi itu seperti kawah candradimuka yang menguji, yang
mengajarkan, dan sekaligus mengasah. Pandemi memberikan beban yang berat kepada
kita, beban yang penuh dengan risiko, dan memaksa kita untuk menghadapi dan mengelolanya.
Semua pilar kehidupan kita diuji, semua pilar kekuatan kita diasah. Ketabahan,
kesabaran, ketahanan, kebersamaan, kepandaian, dan kecepatan kita, semuanya
diuji dan sekaligus diasah.”
“Ujian dan asahan menjadi dua sisi mata uang yang tidak
terpisahkan. Bukan hanya beban yang diberikan kepada kita, tetapi kesempatan
untuk memperbaiki diri juga diajarkan kepada kita. Tatkala ujian itu terasa
semakin berat, asahannya juga semakin meningkat. Itulah proses menjadi bangsa
yang tahan banting, yang kokoh, dan yang mampu memenangkan gelanggang
pertandingan.”
“Pandemi Covid-19 telah memacu kita untuk berubah, mengembangkan
cara-cara baru, meninggalkan kebiasaan lama yang tidak relevan, dan menerobos
ketidakmungkinan. Kita dipaksa untuk membangun normalitas baru dan melakukan
hal-hal yang dianggap tabu selama ini. Memakai masker, menjaga jarak, tidak
bersalaman, dan tidak membuat keramaian, adalah kebiasaan baru yang dulu
dianggap tabu. Bekerja dari rumah, belanja daring, pendidikan jarak jauh, serta
rapat dan sidang secara daring, telah menjadi kebiasaan baru yang dulu kita
lakukan dengan ragu-ragu.”
“Di tengah dunia yang penuh disrupsi sekarang ini, karakter
berani untuk berubah, berani untuk mengubah, dan berani untuk mengkreasi
hal-hal baru, merupakan fondasi untuk membangun Indonesia Maju. Kita telah
berusaha bermigrasi ke cara-cara baru di era Revolusi Industri 4.0 ini, agar
bisa bekerja lebih efektif, lebih efisien, dan lebih produktif. Adanya Pandemi
Covid-19 sekarang ini, akselerasi inovasi semakin menyatu dalam keseharian
kehidupan kita.”
“Dari sisi masyarakat, kesadaran terhadap kesehatan semakin
tinggi. Kebiasaan mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak, telah
menjadi kesadaran baru. Gaya hidup sehat, menjaga kebersihan lingkungan,
berolah raga, dan mengonsumsi makanan yang bernutrisi, terasa semakin
membudaya. Hal ini merupakan modal besar untuk menuju masyarakat yang lebih
sehat dan dalam pengembangan SDM yang berkualitas. Pandemi telah mengajarkan
bahwa kesehatan adalah agenda bersama. Pandemi telah menguatkan institusi
sosial di masyarakat, dan semakin memperkuat modal sosial kita. Jika ingin
sehat, warga yang lain juga harus sehat.”
“Pandemi telah mengajarkan kepada kita untuk mencari titik
keseimbangan antara gas dan rem, keseimbangan antara kepentingan kesehatan dan
perekonomian. Dalam mengambil keputusan, pemerintah harus terus merujuk kepada
data, serta kepada ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru. Pemerintah harus
tanggap terhadap perubahan keadaan, dari hari ke hari secara cermat.”
“Tujuan dan arah kebijakan tetap dipegang secara
konsisten, tetapi strategi dan manajemen lapangan harus dinamis menyesuaikan
permasalahan dan tantangan. Pengetatan dan pelonggaran mobilitas masyarakat,
misalnya, harus dilakukan paling lama setiap minggu, dengan merujuk kepada
data-data terkini. Mungkin hal ini sering dibaca sebagai kebijakan yang
berubah-ubah, atau sering dibaca sebagai kebijakan yang tidak konsisten. Justru
itulah yang harus kita lakukan, untuk menemukan kombinasi terbaik antara
kepentingan kesehatan dan kepentingan perekonomian masyarakat.”